LITERASI DIGITAL




literasi

   
Konsep Literasi Digital
Teknologi digital seperti komputer, smartphone, dan internet, semakin menjadi bagian yang besar dalam kehidupan sehari-hari. Literasi digital adalah literasi informasi yang membekali khalayak dengan kemampuan untuk mencerna, memahami, menyeleksi, dan mendapatkan kembali informasi di tengah banjir informasi.

B.     Perkembangan Literasi Media
\

Dalam perkembanganya, Inggris tercatat sebagai negara pertama yang melakukan upaya nyata untuk mengatasi ketangkasan media massa.  Pada tahun 1930, di negara tersebut berkembang kesadaran untuk menciptakan konsep pendidikan. Konsep pendidikan tersebut mengarahkan agar masyarakat melek media pada tahun 1960. Gerakan literasi media muncul di Amerika Serikat dengan tokohnya Marshall Mcluhan mengatakan bahwa Ia menganggap media sendiri sebagai perluasan manusia dan bahwa media yang berbeda- beda mewakili pesan yang berbeda-beda.
literasi media

Pada tahun-tahun 1960-1970 para peneliti menguji coba untuk memasukan literasi media sebagai kurikulum dan sebagai media pembelajaran di sekolah untuk mendukung kegiatan pendidikan dan mengintegrasikan pendidikan literasi media ke dalam kurikulum dengan modul yang disusun dengan baik. Pada era 70 media literasi sudah digunakan sebagai kurikulum dasar dari berbagai negara yaitu Finlandia dan Denmark. 

Pada tahun 1980-1990 perkembangan literasi media di Amerika Serikat dan negara Eropa lainnya berkembang sangat pesat. Pemerintahan Prancis mengembangkan literasi media dengan  memasukan literasi media ke dalam kurikulum mulai dari level sekolah dasar, menengah, hingga perguruan tinggi, yang bertujuan untuk mencegah adanya manipulasi.
Di tahun 1990 hingga sekarang ini Literasi media kemudian dipahami sebagai sebuah alat dalam menentukan sikap atas pilhan, untuk melindungi diri dari bahaya media sosial


C.    Pentingnya Literasi Digital

literasi
Literasi dapat dipahami sebagai kemampuan seseorang dalam membaca dan menulis. Keterampilan literasi yang baik akan membantu generasi muda dalam memahami informasi baik lisan maupun tertulis. Budaya literasi bermanfaat dalam mewujudkan peran generasi muda dalam aspek pembangunan negara karena generasi muda memiliki kepribadian unggul dan mampu memahami pengetahuan serta teknologi untuk bersaing secara lokal dan global.

Literasi tidak hanya sekadar kemampuan membaca dan menulis, tetapi literasi bisa berarti melek teknologi, politik, berpikir kritis, dan peka terhadapi lingkungan sekitar. Literasi sangat penting bagi seluruh masyarakat karena Jika seseorang memiliki ketrampilan ini maka ia dapat memanfaatkan media digital untuk aktivitas produktif, kesenangan dan pengembangan diri bukan untuk tindakan konsumtif (boros membeli bukan untuk kebutuhan tetapi karna keinginan) bahkan destruktif (merusak,menggangu ketenangan)

literasi
Selain itu dengan adanya literasi masyarakat menjadi bisa untuk untuk membedakan berita hoax dan berita benar yang tersebar di internet. Literasi media digital merupakan alat penting untuk mengatasi berbagai persoalan sosial seperti  pornografi dan pornoaksi, penggunaan alkohol, rokok dan obat terlarang, kegemukan dan kelainan makan, penganiayaan dan kekerasan, identitas gender dan seksualitas, rasialisme, diskriminasi, penindasan dan ketrampilan hidup.

D.    Rekomendasi Pelaksanaan Literasi Digital

literasi digital
Keterampilan literasi digital dapat meningkatkan kemampuan seseorang berhadapan dengan media digital baik mengakses, memahami konten, menyebarluaskan, membuat bahkan memperbarui media digital untuk pengambilan keputusan dalam hidupnya.

Literasi digital membuat masyarakat dapat mengakses, memilah dan memahami berbagai jenis informasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup. Selain itu mereka dapat berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara dan berpolitik dengan menyampaikan aspirasinya di kanal-kanal tertentu. Media  dapat digunakan untuk menginformasikan suatu hal, untuk membantu membentuk opini, untuk berinteraksi dengan komunitas dan untuk membuat suara atau aspirasi dapat didengar.

E.     Tahapan Kompetensi Literasi Digital
Dalam literasi digital terdapat sepuluh tahapan, yaitu:
1.      Mengakses secara teknis
Kemampuan mendapatkan informasi terkait suatu kejadian yang didapatkan dari berbagai sumber.
2.      Menyeleksi
Kemampuan memilah informasi dari sumber yang didapatkan lalu menyeleksi mana informasi yang bermanfaat bagi diri sendiri.
3.      Memahami
Kemampuan untuk memahami informasi yang sudah diseleksi sebelumnya.
4.      Menganalisis
Kemampuan untuk menganalisis (mengetahui keuntungan dan kekurangannya) informasi yang sudah diseleksi dan dipahami.
5.      Memverifikasi
Kemampuan untuk memverifikasi validitas informasi yang didapatkan.
6.      Mengevaluasi
Kemampuan untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana pengolahan informasi telah dicapai.
7.      Mendistribusikan
Kemampuan untuk membagikan informasi tersebut dengan mempertimbangkan siapa yang akan mengakses informasi tersebut.
8.      Memproduksi/membuat
Kemampuan dalam menyusun informasi baru dari proses-proses sebelumnya dimana informasi tersebut bersifat akurat, jelas, dan memperhatikan etika (jujur, tidak bias personal).
9.      Berpartisipasi
Kemampuan untuk berperan aktif dalam berbagi informasi yang baik dan etis melalui media sosial maupun kegiatan komunikasi online sehari-hari.
10.  Berkolaborasi
Kemampuan untuk berinisiatif dan mendistribusikan informasi yang jujur, akurat, etis bersama pemangku kepentingan lain.

STUDI KASUS
Sebuah video dari Negara Thailand yang menceritakan tentang seorang ibu yang berprofesi sebagai pemilik lahan di suatu pasar, saat itu ia sedang meminta uang sewa lahan di pasar tersebut. Namun, selain meminta uang ia juga memarahi pedagang-pedagang yang tidak tertib atau tidak mengikuti aturannya.
Hal tersebut membuat salah satu netizen, mendokumentasikan perbuatannya yang jahat tersebut, video itu lalu tersebar di banyak media sosial. Tidak lama kemudian, Ia mengetahui bahwa dirinya tengah menjadi bahan perbincangan banyak orang akibat perbuatannya yang kasar tersebut.
Namun, semua hal jahat yang Ia lakukan tidak seperti yang tengah ramai diperbincangkan oleh banyak. Seperti saat ia memarahi salah satu pedagang ayam yang tidak jujur saat menimbang ayam, karena kesal Ia melampiaskannya dengan melempar timbangan ayam tersebut.
Dari video tersebut, media memiiki peran besar dalam membentuk persepsi orang, karena media hanya menayangkan suatu hal dari satu sudut pandang saja. Sebagai pengguna media, sebaiknya masyarakat tidak menerima informasi secara utuh dari satu media saja, tetapi juga harus mencari informasi dari banyak media. Kemajuan teknologi membuat masyarakat menjadi lebih mudah untuk mengakses media lain, sehingga berita hoax yang sering tersebar di public dapat diminimalisir.
Sebagai masyarkat pengguna media, sebaiknya jika menerima suatu informasi perlu untuk mencari tahu kebenarannya dari sumber yang terpercaya dan tidak hanya dari satu sumber saja. Maka, masyarakat perlu untuk menguasai kemampuan menganalisis, menyeleksi, dan mengevaluasi suatu informasi mengingat banyaknya tersebar berita hoax yang ada di tengah masyarakat saat ini.


KASUS LITERASI DIGITAL DAN PERAN MAHASISWA DALAM MENERAPKAN LITERASI DIGITAL

kasus


Pada era digital ini, tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi yang begitu pesat mempermudah penyebaran informasi melalui berbagai media digital khususnya media sosial. Baru-baru ini, terdapat kasus yang memunculkan berita-berita hoax yang menimbulkan keresahan bagi masyarakat Indonesia. Kasus tersebut merupakan isu sensitif mengenai terorisme yang terjadi di Surabaya. Melalui kasus tersebut, dapat dilihat peran penting adanya literasi digital untuk menyaring informasi yang akan dikonsumsi oleh masyarakat.

Berdasarkan berita yang berjudul “Deretan Isu Liar Pascabom Surabaya, Ini yang Benar dan Hoax” (Liputan6.com), dipaparkan beberapa isu yang menyebar di kalangan masyarakat namun isu tersebut merupakan berita hoax yang seharusnya tidak dikonsumsi masyarakat.

Liputan6.com, Jakarta – “Aksi terorisme di Jawa Timur dibarengi dengan munculnya isu-isu liar yang berkembang di media sosial. Sebagian besar isu yang berseliweran di media sosial tidak sesuai dengan fakta alias hoax.” Menurut catatan Polri, terdapat tujuh isu terkait aksi terorisme yang terjadi pada Senin (14/5/2018). Namun dari ketujuh isu tersebut hanya dua yang dinyatakan benar.
Berdasarkan informasi dari Kepala Divisi Humas Polri Irjen Setyo Wasisto, terdapat lima isu hoax yang beredar melalui media sosial dan sempat membuat masyarakat heboh. Isu hoax tersebut ialah isu terror bom di Gereja Santa Anna, Duren Sawit, Jakarta Timur, isu bom di dekat Satpas Colombo, Tanjung Perak, Surabaya, isu bom di Bandara Ahmad Yani, Semarang, Jawa Tengah, isu bom meledak di Bank Prima, Surabaya, Jawa Timur, dan peredaran pesan berantai yang mengatasnamakan BIN dan Densus 88 Antiteror untuk menghindari sejumlah tempat perbelanjaan. (Liputan6.com)
kasus
Dari kasus tersebut, sebetulnya dapat terlihat bagaimana masih rendahnya literasi digital di kalangan masyarakat. Masyarakat cenderung belum paham dan tergerak untuk menerapkan literasi digital atau secara sederhana ialah penyaringan dan pengolahan informasi. Menurut Anggota Komisi I DPR RI Sukamta mengatakan pemerintah harus memiliki program literasi digital untuk masyarakat mengingat masih minimnya pengetahuan masyarakat mengenai literasi digital. Ia menuturkan literasi digital tidak cukup hanya mengadakan seminar. Ia menyampaikan literasi new media atau digital harus dimasukkan ke dalam kurikulum dasar sekolah (Metronews.com).
mahasiswa
Selain itu, kita sebagai generasi muda khususnya mahasiswa seharusnya mampu menjadi pelopor untuk menerapkan dan mengembangkan literasi digital sebagai bentuk upaya membantu pemerintah untuk memberantas berita-berita hoax di Indonesia. Upaya menerapkan literasi digital, dapat kita mulai dari lingkungan kecil terlebih dahulu, yakni keluarga dan sahabat-sahabat terdekat. Ketika berkumpul bersama keluarga atau di grup keluarga ada yang membahas berita dan share berita mengenai sesuatu, sebaiknya kita lebih kritis dengan berinisiatif mencari informasi yang credible terlebih dahulu. Kita juga bisa memberitahu untuk tidak sembarangan share berita sebelum diteliti kebenarannya. Selain itu, kita juga bisa melakukan gerakan-gerakan di media sosial untuk menolak berita hoax dengan membuat hashtag dan menjadikan tranding topic karena media sosial juga sangat dekat dengan orang-orang zaman sekarang. Sebagai mahasiswa kita juga dapat membuat kampanye edukasi untuk masyarakat terutama dengan sasaran remaja yang cenderung masih labil dan gampang terpengaruh.
Sumber:
Qodar, Nafiysul. 14 Mei 2018. Deretan Isu Liar Pascabom Surabaya, Ini yang Benar dan Hoax. diakses dari https://www.liputan6.com/news/read/3524883/deretan-isu-liar-pascabom-surabaya-ini-yang-benar-dan-hoax pada tanggal 19 Mei 2018 pukul 13.00 WIB.
Azizah, Nur. 26 Agustus 2017. Perlu Ada Literasi Digital di Kurikulum Sekolah . diakses dari http://news.metrotvnews.com/peristiwa/Dkq6PjQK-perlu-ada-literasi-digital-di-kurikulum-sekolah pada tanggal 19 Mei 2018 pukul 13.00 WIB.
Universitas Lambung Mangkurat. 27 April 2018. Workshop Penyusunan Panduan Literasi Digital. diakses dari https://drive.google.com/file/d/1cRgpcV7FBGUgjZUSmBqrk6bESmvPMd_V/view?ts=5af26bb5 pada tanggal 19 Mei 2018 pukul 13.00 WIB.

Jordana, Theresia Amelia dan Dyna Herlina Suwarto. 2017. Pemetaan Gerakan Literasi Digital di Lingkup Universitas Negeri Yogyakarta. diakses dari https://journal.uny.ac.id/index.php/informasi/article/view/15735 pada tanggal 19 Mei 2018 pukul 14.00 WIB.

Suwarto, Dyna Herlina. no date. Literasi Media. diakses dari http://staffnew.uny.ac.id/upload/132309682/pendidikan/handout-literasi-media.pdf pada tanggal 19 Mei 2018 pukul 14.00 WIB.


Riskawati, Tristia. 11 Februari 2014. Literasi Media Gaya Indie. diakses dari https://indonesiana.tempo.co/read/9121/2014/02/11/turistey/literasi-media-gaya-indie pada tanggal 19 Mei 2018 pukul 14.00 WIB.

NN. No Date. Digital Literacy Fundamentals. diakses dari http://mediasmarts.ca/digital-media-literacy-fundamentals/digital-literacy-fundamentals pada tanggal 19 Mei pukul 15.00 WIB.

Komentar

  1. berarti kita tidak boleh terlalu percaya pada media

    BalasHapus
    Balasan
    1. seperti yang sudah kami paparkan.. kurang lebih begitu.. terima kasih sudah berkunjung ke blog kami..

      Hapus
  2. Balasan
    1. terima kasih.. kami juga menerima kritik dan saran untuk membangun blog kami..

      Hapus
  3. masukan saya:
    -warna background sebaiknya dibuat 1 warna saja.
    -header sulit dibaca karena warnanya hampir sama dgn background.
    -sebaiknya gambar di layout lagi sehingga tidak "kesepian" karena diletakkan sendiri di tengah halaman.
    -ukuran font pada bagian isi artikel sebaiknya dibuat sama (kecuali subjudul)
    -warna yang digunakan untuk 4 link terakhir sebaiknya diganti karena nyaris terbaca.
    terima kasih

    BalasHapus
  4. Nice info gann, makasih gan, degan

    BalasHapus
  5. Makasi infonya gan, adain post drama korea dong

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih kembali sudah berkunjung ke blog kami.. kami akan berusaha memenuhi request an televiewers.. silakan cek terus update an dari kami...

      Hapus
  6. kontennya menarik, love it so much.
    tapi kok nggak rapi, keburu2 poo... hayo hati2 lho penulisan aja ada yg salah apalagi informasinya wadoo, klo ini post facebook atau sosmed mah gpp wkwkwwk
    oh iya sama buat penulisan sumbernya dipelajari lagi, kasian tuh tulisan orang lain dikasih kredit asal2an. masak konten berbobot dibawa pake penulisan bocah sd wkwkwkw

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih atas kritiknya, kami sudah berusaha memperbaikinya.. semoga berkenan..

      Hapus
  7. Jd kalo kita ambil sumber bahasan pake literasi digital apakah sitasi yang digunakan sm seperti sitasi pada literasi biasa?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih atas pertanyaanya... Pada dasarnya, literasi dibagi ke dalam beberapa fokus, seperti literasi media, literasi digital, literasi informasi, literasi baca tulis, dan literasi teknologi, dan sebetulnya masih banyak lagi. Jadi tergantung topik pembahasannya.. sitasi yang digunakan bisa disesuaikan dengan fokus masing-masing bahasan..

      Hapus
  8. Apakah ada ruang lingkup literasi digital dan kekurangan dan kelebihannya?

    BalasHapus

Posting Komentar